Jika berbicara mengenai wewangian atau bau tubuh, maka hidung memegang peranan yang sangat penting, sebut para peneliti. Menurut mereka, penciuman seseorang dapat dipengaruhi hanya dengan satu gen tunggal.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Minggu tersebut, membantu menjelaskan bagaimana bau keringat bisa tercium seperti vanilla bagi seseorang, namun bisa juga tercium seperti bau urine bagi orang lain atau bahkan tak berbau sama sekali.
“Ini pertama kalinya reseptor bau manusia diasosiasikan dengan bagaimana kita merasakan bau,” kata Hiroaki Matsunami dari Duke University di North Carolina saat diwawancara melalui telepon.
Matsunami dan rekannya di Duke dan Rockefeller University di New York memfokuskan penelitian mereka terhadap androstenone kimiawi yang dihasilkan ketika tubuh mengeluarkan testosteron, hormon seks kaum pria.
Meski ada dalam keringat pria dan wanita, namun androstenone lebih terkonsentrasi pada kaum pria. Penerimaan bau pada penciuman seseorang tampaknya berhubungan erat dengan variasi dalam gen reseptor bau seseorang yang disebut OR7D4.
“Sudah umum diketahui bahwa seseorang memiliki persepsi berbeda terhadap androstenone. Namun orang tidak mengetahui dasarnya,” jelas Matsunami.
Untuk mengetahui hal itu, para peneliti di laboratorium Matsunami menguji unsur kimiawi keringat terhadap sebagian besar reseptor bau dari 400 reseptor bau yang telah dikenal, yang digunakan hidung untuk mengendus bau atau unsur kimia.
Mereka menemukan bahwa gen OR7D4 bereaksi keras terhadap steroid seks androstenone. Berikutnya, mereka menguji apakah keragaman dalam gen ini memiliki pengaruh terhadap bagaimana seseorang merasakan bau androstenone dalam keringat pria.
Mereka mengambil sampel darah dan DNA 400 orang yang berpartisipasi dalam tes persepsi bau yang dilakukan di laboratorium Leslie Vosshall di Rockefeller. Hasilnya, diketahui variasi genetik menentukan apakah androstenone memiliki bau yang tajam, harum, atau tidak berbau sama sekali.
Peran androstenone pada manusia tidak begitu dipahami, namun pada babi androstenone menghasilkan sinyal seks kuat yang mampu membuat babi betina berhasrat. “Androstenone memfasilitasi perilaku seksual betina,” jelas Matsunami.
“Dari bukti yang telah dipublikasikan, diketahui bahwa unsur kimia ini dapat mengubah mood atau tingkat hormon pada manusia,” katanya. “Namun kami belum mengetahui apakah reseptor yang kami temukan berkaitan dengan proses ini.”
Ia dan rekan-rekannya akan meneliti lebih jauh aspek ini untuk memahami bagaimana unsur kimia yang diterima indera penciuman dapat mempengaruhi perilaku seksual dan sosial manusia.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Minggu tersebut, membantu menjelaskan bagaimana bau keringat bisa tercium seperti vanilla bagi seseorang, namun bisa juga tercium seperti bau urine bagi orang lain atau bahkan tak berbau sama sekali.
“Ini pertama kalinya reseptor bau manusia diasosiasikan dengan bagaimana kita merasakan bau,” kata Hiroaki Matsunami dari Duke University di North Carolina saat diwawancara melalui telepon.
Matsunami dan rekannya di Duke dan Rockefeller University di New York memfokuskan penelitian mereka terhadap androstenone kimiawi yang dihasilkan ketika tubuh mengeluarkan testosteron, hormon seks kaum pria.
Meski ada dalam keringat pria dan wanita, namun androstenone lebih terkonsentrasi pada kaum pria. Penerimaan bau pada penciuman seseorang tampaknya berhubungan erat dengan variasi dalam gen reseptor bau seseorang yang disebut OR7D4.
“Sudah umum diketahui bahwa seseorang memiliki persepsi berbeda terhadap androstenone. Namun orang tidak mengetahui dasarnya,” jelas Matsunami.
Untuk mengetahui hal itu, para peneliti di laboratorium Matsunami menguji unsur kimiawi keringat terhadap sebagian besar reseptor bau dari 400 reseptor bau yang telah dikenal, yang digunakan hidung untuk mengendus bau atau unsur kimia.
Mereka menemukan bahwa gen OR7D4 bereaksi keras terhadap steroid seks androstenone. Berikutnya, mereka menguji apakah keragaman dalam gen ini memiliki pengaruh terhadap bagaimana seseorang merasakan bau androstenone dalam keringat pria.
Mereka mengambil sampel darah dan DNA 400 orang yang berpartisipasi dalam tes persepsi bau yang dilakukan di laboratorium Leslie Vosshall di Rockefeller. Hasilnya, diketahui variasi genetik menentukan apakah androstenone memiliki bau yang tajam, harum, atau tidak berbau sama sekali.
Peran androstenone pada manusia tidak begitu dipahami, namun pada babi androstenone menghasilkan sinyal seks kuat yang mampu membuat babi betina berhasrat. “Androstenone memfasilitasi perilaku seksual betina,” jelas Matsunami.
“Dari bukti yang telah dipublikasikan, diketahui bahwa unsur kimia ini dapat mengubah mood atau tingkat hormon pada manusia,” katanya. “Namun kami belum mengetahui apakah reseptor yang kami temukan berkaitan dengan proses ini.”
Ia dan rekan-rekannya akan meneliti lebih jauh aspek ini untuk memahami bagaimana unsur kimia yang diterima indera penciuman dapat mempengaruhi perilaku seksual dan sosial manusia.
sumber: http://www.harian-global.com
No comments:
Post a Comment